Selepas dari air terjun Sri Gethuk, kami bergegas ke arah pantai. Tujuannya Baron dan kawan-kawannya. Setelah sampai Wonosari, karena lalai, kami lupa memperhatikan petunjuk arah. Dan karena udah lama banget, kami juga lupa tuh belokannya di mana. Walhasil, kami mbablas terus sampai nggak tau mana juntrungannya. Jauh banget.
“Kayaknya dulu nggak sejauh ini deh.”
“Jalannya bener kaya gini nggak sih?”
Sampai akhirnya ... “Ini kita nyasar ya?”
Tiap kali ketemu pak tani, kami langsung berhenti buat nanya. Dan akhirnya, setelah nyasar berjam-jam dan kami telah mengitari keseluruhan gunung kidul sampai pojok-pojoknya, kami menemukan perkampungan. Legaaa banget rasanya karena tadi kaya jalan tak berujung. Kami berhenti dulu neduh di teras rumah orang nggak dikenal dan begitu ada orang, langsung kami tanyai dengan penuh harap.
Sampai di loket karcis mikir lagi. Kok nggak sama kaya yang dulu? Lagian pas hujan deres dan loket karcisnya nggak ada yang jaga. Ya sudah, bablas saja. Lagi bingung-bingungnya karena hari semakin gelap, persis di pinggir jalan, muncul pantai yang cantiiiiik banget. Rasanya sampai kaya pantai tercantik yang pernah tak temui sepanjang masa. Jelas, bukan Baron, tapi aku ngeyel minta berhenti.
Setelah sebelumnya nyaris putus asa karena nggak tahu jalan, ketemu tempat cantik kaya gini tuh kaya ketemu surga tau nggak? Aku langsung merasa terberkati dan bersyukur sebaik-baiknya.
Catatan perjalanan kali ini:
1. Perhatikan petunjuk jalan. Nggak usah belagu sok apal jalan dan nggak usah kebanyakan ngobrol dulu di jalan kalau memang belum hafal betul rutenya.2. Jangan malu bertanya. Pepatah mengatakan, malu bertanya, sesat di acara jalan-jalan.
3. Kalau loket karcis nggak ada yang jaga, itu namanya rejeki. :D Becanda ding.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar