Gambar diambil dari ridersinfo.net karena aku baru nyadar kalau aku ternyata belum pernah foto-foto sama motor. |
Tadinya aku menganggap jalan-jalan
naik motor itu istilahnya adalah bikepacking. Setelah tak telusuri lagi melalui
serangkaian acara browsing di Google, ternyata bikepacking itu lebih ke yang
jalan-jalan sepedaan ya. Meskipun agak kepanjangan buat diucapin, tapi ya itu
deh, akhirnya aku nemu istilahnya. Motorcycle travel, motorcycle traveling, motorcycle
traveler, motorcycle backpacker? Belum nemu juga yang paling pas. Kalau menurut
kalian apa gaes?
Kami adalah traveler motor (istilah baru lagi
ini?). Dengan dua motobots yang dipakai bergantian. Sebenernya motor matic
bukan pilihan tepat untuk acara travelingku yang sebagian besar melibatkan
jalan jelek dan medan yang nggak gampang. Tapi sejauh ini masih bisa sih,
meskipun kadang-kadang motornya malah merajuk minta gendong.
Jalan-jalan naik motor itu ada suka dukanya
gaes. Sama lah ya, metode traveling apapun pasti ada suka dukanya. Nah, berikut
ini aku ceritain suka dukanya bikepacking khusus buat kamu. Iya, kamu.
SUKANYA
1. Irit
Ini sih jelas. Syarat utama dan yang paling
utama dalam segala keputusan apapun yang kuambil. Jelas ya, naik motor itu jauh
lebih hemat dibandingin naik mobil. Selain BBM, biaya parkir dan tiket masuknya
juga lebih murah daripada mobil. Iya dong, aku ngitung sampe segitunya.
Ngoahahahaha. Selain dibandingkan sama mobil pribadi, naik motor juga jauuh
lebih murah daripada naik kendaraan umum lohh. Aku sih berencana, selama masih
dalam negeri travelingnya mau naik motor aja. Soalnya, meskipun nggak keliatan,
naik kendaraan umum itu ujung-ujungnya ngabisin banyak biaya. Ini lebih
disebabkan karena nyambung-nyambungnya itu lohh. Naik bis, ntar sambung bis
lagi, sambung angkot tiga kali, sambung odong-odong, trus terakhir naik ojek
sampai ke tempat tujuan. Selain boros, itu juga melelahkan, kak. Melelahkan.
2. Mudah
Seperti yang aku bilang tadi, kalau naik
angkutan umum kan pasti nyambung-nyambung tuh. Masih mending kalau ada ojek
sampai tempat tujuan. Lha kalau nggak ada? Kan jalan kaki jadinya. Kalau enggak
bakal ditawarin ojek dadakan dan biasanya sih mahal banget. Naik mobil juga
nggak selalu bisa sampai tempat tujuan lohh, orang naik motor aja kadang
parkirnya jauh banget. Selain itu, kalau bawa mobil trus selip gara-gara jalan
becek, jauh lebih merepotkan daripada motor. Motor juga bisa diajak mblusuk
lebih jauh lewat jalan kecil-kecil.
3. Cepet
Ini sih kaitannya kalau sama macet ya. Jaman
sekarang itu, macet nggak hanya terjadi di kota-kota besar aja. Kota kecil juga
macet. Apalagi kalau pas week end atau hari libur. Eh, justru kalau pas week
end dan hari libur itu ding. Soalnya yang dari kota besar berbondong-bondong
membanjiri jalan untuk piknik. Jadi ya gitu deh. Kalau bawa mobil, harus siap
menanggung derita kemacetan. Apakah dengan naik motor lantas kemacetan tidak
terjadi? Oh, tentu saja masih. Tapi kalau bawa motor kan bisa nyelip-nyelip sehingga
kita bisa terbebas dari kutukan dewa aspal lebih cepat.
DUKANYA
1. Panas dan polusi
Yang jelas kalau naik motor itu nggak ada yang
melindungi dari panas matahari dan polusi. Helm saja tidak cukup. Bahkan kadang
saking panasnya sampai belum nyampe pantai aja kulitnya udah gosong
duluan. Panas ini perbuatan dewa
matahari ya. Dan sayangnya aku belum berdamai dengannya. Beda dengan dewa hujan
yang lebih mudah dibujuk. Makanya kalau perjalanan siang hari kami lebih sering
istirahat. Soalnya kan jadi gampang haus juga ya, sama pusing kalau terlalu
lama berada di bawah paparan sinar matahari tuh.
2. Hujan
Kalau ini kebalikannya. Nggak kepanasan sih.
Tapi kehujanan. Jalan dengan kondisi hujan deras tu nggak enak, udah deh.
Meskipun pakai jas hujan, tetep aja celana sama sepatunya basah. Bisa sih,
diakalin. Tapi tetep aja ah, nggak enak. Jadi mending neduh. Oke lah kalau
hujannya cuma setengah jam, nggak masalah neduh. Lha kalau hujannya setengah hari?
3. Ban bocor
Aku pernah dong, kejadian ban bocor pas lagi
traveling. Dua kali. Berturut-turut. Dan itu tuh kejadiannya di jalan provinsi
gede, jauh dari pemukiman, dan yang pasti tambal ban juga jauh banget. Bayangin
tuh harus jalan nuntun motor di jalan gede yang nggak ada side walknya. Aku sih
udah biasa jalan kaki ya, jadi aku nggak merasa keberatan harus jalan kaki.
Lagian yang nuntun motor kan Ibing, bukan aku. Hihi. Sementara Ibing mengeluh
karena kesal, aku nyemangatin. Aku semangat banget teriakin “Ayooo, semangat
Ibiing! Nggak boleh mengeluh. Harus semangaaaat!” sambil lempar-lemparin
pom-pom. Tapi itu hanya bertahan selama seratus meter pertama. Beratus-ratus
meter berikutnya Ibing nuntun motor sama nyeret aku sekaligus.
Ini sih nggak cuma bisa kejadian sama motor aja. Mobil maupun angkutan umum juga bisa kena. Lagian pas itu juga salah kami
sendiri nggak ngecek-ngecek kondisi motor sebelum berangkat. Jadi pelajaran
banget deh pokoknya, lain kali harus telitiii banget sebelum berangkat.
4. Gabisa tidur di jalan
Kalau aku tetep bisa sih. Aku bisa bobok di
boncengan tanpa terjatuh dan kadang sampai ngimpi-ngimpi loh saking nyenyaknya.
Serius. Habisnya biasanya malem kan aku nggak bobok. Trus jam bobokku dari pagi
sampai siang terampas karena udah harus jalan. Yaudah deh, bobok aja di jalan.
Ini tidak untuk ditiru ya gaes. Professional only. Uhuk!
Mungkin itu aja sih dari aku tentang suka
dukanya motorcycle packing. Mungkin di antara kamu kamu kamu ada yang mau nambahin?
Apa ya kira-kira kelebihan dan kekurangannya motorcycle packing ini, tulis saja di
kolom komentar yaa.
Thank you so much for coming by.
Love,
Wonder Endut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar