Ini adalah liburan yang nggak disengaja. Suatu sore
yang biasa-biasa saja, tiba-tiba Ibing bilang “Besok libur loh ternyata.”
“Masa? Libur apa?”
“Nggak tau.”
Ternyata itu libur panjang Isra’ miraj berbarengan
dengan kenaikan Isa almasih gandeng sama Sabtu-Minggu itu lho gaes.
“Trus kita mau jalan-jalan nggak?”
“Jalan-jalan lah.”
“Ke Pacitan aja yuk!” kataku.
Jadilah besoknya kami jalan ke Pacitan yang ternyata
kalau via Gunung Kidul itu deket banget. Cuma sejam atau sejam setengah dari
Wonosari udah masuk kabupaten Pacitan.
Sesampai di kabupaten Pacitan, petunjuk wisata pertama
yang kami temui adalah pantai Klayar. Pantai ini sudah sangat termashsyur
keindahannya terutama karena ada patung singa mirip sphink.
Sampai sini udah sore banget karena kami tadi
berangkatnya kesiangan. Jadi nggak sempet kebanyakan jalan dulu. Yang kami
lakukan adalah mandi-mandi dan makan-makan karena kami memutuskan untuk
menginap.
Penginapan di Pantai Klayar
Ada banyak homestay di sekitar sini dan tarifnya terbilang
murah. Sekitar Rp. 100.000 kalau hari biasa, dan Rp. 200.000 kalau hari libur.
Tapi karena itu bertepatan dengan musim liburan dan kami datangnya udah
kesorean, homestaynya udah penuh semua. Iya, semua. Tapi sebagai anak muda yang
menyukai tantangan, kami nggak bingung-bingung amat. Kami toh jarang tidur
kalau malam. Akhirnya kami berpindah-pindah dari satu warung ke warung lain. Pesen
kopi dan nongkrong berjam-jam. Dan ternyata pantai ini tuh emang rame banget
bahkan di malam hari. Warung-warungnya stay open 24 hours. Trus banyak juga
yang begadang-begadang kaya kami ini. Jadi banyak temennya. Rame-rame ngampar
di pinggir pantai.
Kalau mau seru, datang ke sini rame-rame dan bawa
gitar biar bisa nyanyi-nyanyi sendu diiringi deburan ombak. Tapi kami nggak
bawa, jadi kami sempat kehabisan akal buat membunuh waktu. Bahkan sampai iseng
banget ngomongin hantu dan nungguin kereta lewat. Kan pas malam Jumat itu. Trus
ada kereta lewat nggak? Ya enggak lah. Emangnya setasiun?
Akhirnya kami jalan-jalan lagi. Aku sempat merasa kaya
anak ilang gitu tapi ternyata banyak anak lain yang juga keluyuran nggak jelas
dan nggak punya tempat tidur. Trus mampir ke warung lagi beli rokok. Di sebelah
warung itu ada warung yang udah tutup dan kami minta ijin sama Bapak warung
sebelahnya buat tidur di situ. Ternyata boleh. Masih ada tikernya pula.
Yang kusadari dari orang di sini tuh orangnya
ramah-ramah dan nggak dikit-dikit malak. Di tempat lain, dengan situasi kaya
gitu mungkin ditarik ongkos sewa buat tikernya lho.
Tiduran di tikar, selimutan jaket, berbantal ransel.
Yes, kaya gelandangan. Tapi karena posisinya persis di pinggir pantai, dengan
ombak berdebur dan kalau nengok ke langit bisa lihat bintang yang berjuta-juta,
ini jadi homestay termewah yang pernah kudapatkan. Akupun tidur dengan
nyenyaknya.
Beberapa waktu kemudian ada raksasa yang nyusul kami
tidur di sebelahnya Ibing. Kami santai saja wong itu raksasanya baik. Kejahatan
terbesar yang dilakukannya adalah ngorok sampai pagi. Jadi aku bentar-benar
terbangun karena terkaget-kaget dengan bunyi ngoroknya yang dahsyat mengalahkan
suara ombak. Selain itu juga ternyata masih buanyak banget anak muda yang
keluyuran nggak tidur sampai pagi.
Bahkan banyak yang lewat tengah malam gitu baru
datang. Mulanya aku heran. Jawabannya kudapat esok paginya.
Sunrise di Pantai Klayar
Kalau Wedi Ombo adalah perfect spot buat sunset,
ternyata pantai Klayar ini perfect spot buat sunrise dan orang-orang sudah tahu
itu. Aku aja yang nggak tau. Katrok betul.
Begitu bangun, disambut ombak, kami langsung
jalan-jalan naik ke bukit buat menyaksikan matahari terbit. Tapi sayang, yang
dibilang perfect spot itu ternyata nggak perfect perfect amat karena
mataharinya ketutupan bukit.
Pantai klayar ini unik karena bukan hanya memadukan pantai
dan bukit karang kaya pantai di gunung kidul, tapi juga dihiasi pohon kelapa
dan tentu saja batu karang yang bentuknya kaya patung singa itu tadi.
Di belakang si ‘Sphink’, ada celah batu karang
yang kalau ombak datang, dia menyemburkan air kaya geiser. Lucu abis.
Di tepi pantainya juga ada sungai. Tapi sayang
sungainya kotor banget bin buthek. Usut punya usut, ternyata warung-warung di
pinggiran sungai itu kalau buang sampah ya langsung aja ke sungainya. Duh.
Pantai klayar ini juga luas banget. Jalan-jalan dari
ujung ke ujung, naik bukit, trus keliling-keliling itu lumayan melelahkan. Tapi
ada persewaan ATV buat kalian yang nggak mau capek-capek.
Setelah puas jalan-jalannya, kami mandi-mandi lagi dan
makan-makan trus say good bye dan nyari pantai lain lagi.
Catatan Perjalanan ke Pantai Klayar:
1.
Datang
sore/malam dan nginep, biar bisa lihat sunrise.
2.
Kalau nggak bawa
tenda juga gausah khawatir, ngampar aja di pinggir pantai, banyak temennya kok. Hahaha. Kalau mau nginep di homestay ya harus datang awal biar kebagian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar